Rani yang Bertanya
Rani yang masih di kamarnya
Rani yang masih di mimpi kanaknya
Rani yang tak biasa di pagi harinya
Rani yang jalan-jalan di imajinasinya
Rani,
Tatkala bumi bagai dalam ayakan Tuhan
Pohon-pohon belakang rumahmu
cemas hempaskan tubuhnya
Tak lagi kuasa kuatkan akar-akarnya
Lintang-pukang orang-orang di bawahnya
Bagai dalam ayakan Tuhan
Tembok-tembok mengombak naik-turun
Rani,
Rumah-rumah seperti roti kering yang kau ledakkan
Di tanganmu. Lintang-pukang kurcaci menghindarinya
Rani yang dalam dekapan ibunya
Rani yang amat sangat ketakutan
Rani yang masih balita itu tengadahkan tangan
Rani yang bertanya
"Tuhan, apakah Engkau sungguh marah hari ini?"
Wonokromo
Silaturrahmi ke Wonokromo
Desa santri yang mengaji
Ada rumah kekasih yang tersembunyi
Sejarah masjid yang "Hamengkubuwono"
Ada pertemuan dua sungai
Di sikunya masjid itu hijau kebiruan
Ada makam di baratnya bila kulewati
Selalu kusampaikan salam pertemuan
Aku masih mendengar lantun
Gadis kecil menderaskan al-Qur'an
Entah di pesantren Gus Fuad atau Gus Katip
Kucari-cari suaranya seperti meratap
Lalu tertimpa gelak-girang para bocah
Di sore itu di halaman masjid hijau kebiruan itu
Aku masih mendengar larangan masuk rumah
Dari lelaki tua yang diabaikan itu
Tapi paginya setelah gempa luluhlantakkan
Rumah dan pesantren-pesantren
Orang-orang baru membaca tanda
Aku masih mendengar doanya
Dalam kalimat adzan
Kepada shalat kepada kebaikan
Aku masih mendengar doanya
Sekuntum melati di antara debu dan serakan batu bata
Silaturrahmi ke Wonokromo
Kucari-cari rumah kekasih yang tersembunyi
Kucari-cari suaranya semakin sayup menyepi
Ternyata rumah hatiku pun telah poranda